Minggu, 10 Mei 2015

mungkin disebut egois

PERASAAN TAKUT KEHILANGAN

Pacaran punya rasa takut kehilangan itu wajar. Pacaran itu sesuatu yang indah, yang bisa bikin hari-hari berwarna, yang bisa bikin semangat ngapa-ngapain. Tapi seiring berjalannya waktu, ada perasaan baru yang muncul, yaitu perasaan takut kehilangan.

Dan Rasa Takut Kehilangan itu Membebankan.

Seseorang yang kamu sayang semakin indah, semakin baik, semakin sempurna di mata kamu, makan perasaan takut kehilangannya semakin besar. Rasa takut kehilang sering menjadi dalang timbulnya cemburu buta. Karna gak akan pernah rela melihat dia kenal atau dekat dengan orang yang sedikit punya kelebihan dibanding kita.

Sesuatu yang dari perasaan seringkali bisa melumpuhkan pikiran. Karna ketika rasa takut kehilangan mengendalikan pikiran, kamu gak akan bisa berfikir jernih. Kamu akan melakukan apapun di depan dia, entah kamu mengubah diri kamu biar terlihat sempurna di depan dia, atau mengubah dia. Intinya biar dia gak pergi dan jauh dari kamu. Tapi hasilnya apa? Dia bisa gak nyaman diperlakukan seperti itu.
Ketika rasa takut kehilangan mengendalikan pikiran kamu dan melakukan hal yang tidak masuk akal, dia semakin gak nyaman, dan akhirnya benar-benar pergi.

Rasa Takut Kehilangan Kadang Menjadi Kenyataan.

Banyak orang yang berpisah dengan orang yang dia sayang gara-gara rasa takut kehilangan atau bisa disebut egois. Ketika sendiri perasaan itu datang dan menghantui, apa yang benar-benar membuat dia pergi?
Ketika dia sudah benar-benar pergi, mungkin yang kamu lakukan hanya untuk mengintropeksi diri. Berfikir dan menyadari apa yang membuat dia benar-benar pergi.

Menunggu dia kembali?

Menunggu kembali. Semua yang pergi tak mudah begitu saja kembali. Terutama yang pergi adalah karena kesalahan sendiri. Tidak ada objek yang bisa disalahkan selain diri sendiri. Memutar waktu pun mustahil karena hidup bukan film fiksi. Satu hal yang aku ketahui, sedetik setelah kamu pergi aku hidup dalam bayang-bayang depresi.

Atau menunggu cinta sejati?

Menunggu cinta sejati. Sebagian orang tidak sabaran untuk bertemu dengan orang yang tepat. Padahal sesuatu yang indah tidak pernah dating dengan mudah. Dan cinta sejati butuh patah hati. Orang itu tidak dikatakan orang yang tepat jika tak muncul di waktu yang tepat. Mungkin, bukan sekarang. Setiap kali aku ingin berteriak, “Tapi kapan?”, aku harus menahannya. Lalu menghela nafas panjang, tersenyum, dan fokuskan untuk memperbaiki kualitas diri. Orang yang tepat hanya akan datang ke orang yang tepat pula baginya.

                                  Tepatkah kamu bagi dia yang tepat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar