Sabtu, 16 Mei 2015

Kehilangan kamu dan kesepian


Dulu,di saat bangun pagi, mimpi dan kenyataan tak lagi penting, yang penting ada kamu.

Dulu, di saat bangun pagi, ketika aku berfikir bahkan mimpi se-indah apapun tidak ada apa-apanya jika aku melihat kamu tersenyum hari ini.

Dulu, di saat bangun pagi, aku selalu berdoa untuk melihat kamu tersenyum hari ini.

Dulu, di saat bangun pagi, aku selalu menebak-nebak baju apa yang harus aku pakai supaya terlihat serasi denganmu.

Dulu, di saat bangun pagi adalah semangat baru, melihat kamu tersenyum hari ini walaupun bukan tersenyum dengan ku.

Dulu, di saat bangun pagi, menebak-nebak untuk berangkat jam berapa supaya papasan dengan kamu atau bahkan berangkat bareng meskipun iring-iringan.

Dulu, di saat bangun pagi, aku selalu mencari kabar terbaru tentangmu.

MEMULAI ITU SELALU SULIT

Seperti mimpi dan nggak percaya, dengan perdebatan semalam bisa mengubah status kita. Iya, “kita putus”, kata itu yang gue inget sebelum gue terlelap. Dan sampai gue membuka mata di pagi hari, gue merasa ada yang beda. Iya beda, karna nggak ada ucapan Selamat Pagi dari dia yang kaya biasanya, bahkan gue gak tau chat selamat pagi ini harus di kirim ke siapa.

SEBAIK-BAIKNYA MOVE-ON, HARUS JATUH CINTA LAGI

Awalnya punya fikiran buat Move-on, Tapi gue takut, niatnya mau jatuh cinta lagi supaya move-on, nanti malah nyakitin orang baru cuma gara-gara inget yang lama. Jadi gue urungin niat gue buat jatuh cinta lagi, dan berusaha mempertahankan yang lama. Walaupun gue harus terbiasa jalanin hari-hari dengan melupakan kebiasaan-kebiasaan lama waktu sama dia.

Gue merasa ada yang hilang setelah kepergiannya. Gue kehilangan manja-manjanya, meskipun sifatnya yang kaya anak kecil, ternyata itu cara yang tepat untuk mendapat perhatian gue. Dan gue kehilangan ngambeknya, yang ternyata bentuk kekhawatirannya atas gue.

KEGIATAN KEPOIN MANTAN ADALAH JEBAKAN

Di satu sisi, gue pengen lihat apakah dia setelah putus sama gue jadi sedih dan merasa menyesal? Di sisi yang lain, gue nggak siap dengan kenyataan yang ditemukan bisa sebaliknya. Gue jadi semakin merenung dan menyadari bahwa sebenernya gue nggak benar-benar spesial di matanya. Ada atau tidak ada gue di dalam hidupnya, dia tetap bisa tersenyum dan bahagia.

KALO TEMPAT TERNYAMAN UNTUK KEMBALI ADALAH KAMU, KENAPA HARUS YANG LAIN?

Dan pada akhirnya, gue bangun lagi di pagi hari, tidak ada yang berbeda. gue masih terbangun sendiri, tanpa ucapan “Selamat Pagi Sayang” dan bukan dia yang bangunkan sebagai petanda hati itu terbuka lagi.

Gue tidak mendapati satu hal pun berbeda, kecuali perasaan dia. Iya, perasaan dia kini sudah berbeda.

Sejak kamu pergi, kursi ku tak pernah menghadap jendela lagi. Terlalu iri melihat burung yang sedang bermain bersama air, dan matahari seolah enggan menyapa lagi.

                           Kamu, buatlah yang akan duduk disitu ceria lagi. Kembalilah.

Rabu, 13 Mei 2015

Just do it, Move on                                                                                                                              

Sendiri itu menyenangkan! Kenapa? Karena bebas. Bisa deketin siapa aja. Sendiri itu kebebasan, kebebasan kalau tadinya waktu pacaran merasa nggak bebas dan terkekang selama pacaran berarti sebuah perubahan. Dan nggak pernah ada orang yang bilang kalau perubahan itu mudah.

Perubahan itu identik sama dengan memulai yang baru. Makanya, nggak jarang kita menemukan orang-orang yang susah move on, termasuk gue.

Curhat dikit, gaes. Belum lama ini gue baru aja putus. Tapi gue masih berusaha mempertahaninnya, entahlah nanti hasilnya apa. Kan katanya, pacaran itu kaya sepatu, semua orang punya sepatu dan nggak semuanya pas. Ada dua pilihan, masih mau pake sepatu itu atau cari sepatu lain. Gue masih mau pake sepatu yang lama. Selain karna pas, juga masih nyaman buat dipake.

Move on itu seperti berlari. Ketika kita baru saja menyudahi satu sesi lari, diisi dengan mengerahkan tenaga, melewati haling rintang yang di ibaratkan sebuah kenangan. Kemudian lari itu harus berhenti, benar-benar terhenti. Dan supaya tidak berlarut-larut, kita dituntut untuk langsung berlari lagi. Pasti dibutuhkan tenaga yang ekstra tinggi. Makanya, terasa berat.

Banyak yang bilang, orang yang nggak mau memulai sama yang baru itu disebut susah move on. Susah move on bukan berarti susah memulai dengan orang baru. Karena sebelum memulai sama orang yang baru, orang yang baru putus itu harus menghadapi maasa-masa move on, yaitu menjalani hidup tanpa dia. Melewati hari-hari dengan melupakan kebiasaan-kebiasaan lama saat bersamanya. Dan sepertinya, untuk menghadapi tahap ini aja, gue belum benar-benar siap.

Sendiri berarti kebebasan… sampai datang waktunya kesepian.

Gue nggak sadar, kalau hubungan gue waktu itu sama dia ibarat orang yang punya hobi dan asyik kerja, tapi dia lupa makan, dan akhirnya orang itu sakit. Tapi gue nggak cepet-cepet buat mengobatinya dan semakin parah. Gue nggak berusaha menyelamatkan hubungan ini yang semakin parah seperti kanker stadium empat dan hasilnya malah dapet kabar yang lebih menyakitkan lagi. Harus berpisah.

Seperti obat yang rasanya nggak enak. Yang namanya sebuah “Perbaikan” emang nggak pernah terasa enak. Tapi se-enggak enak apapun sebuah perbaikan, tujuannya supaya semuanya jadi lebih baik. Meski nggak enak, kalau perbaikan itu udah selesai, semuanya bakal baik lagi.

Yang dipertahankan saja bisa hilang, apalagi yang tidak.

Semua yang pernah gue lewatin sama dia, semua terasa manis. Semua yang gue sama dia lalui bareng-bareng, semua manis. Hampir semua. Gue sadar, untuk bisa bersama, rasa sayang aja nggak cukup. Harus selalu ada buat dia yang tersayang. Dan mungkin gue nggak bisa, atau bahkan kita sama-sama nggak bisa.

Mungkin sekarang dia nggak pernah bisa menutupi ‘lubang’ yang ada di hati gue. Akhirnya seperti gigi, lubang itu dibiarkan, semakin besar, dan semakin terasa sakit. Ketika rasa sakit itu sudah semakin parah, maka satu-satunya gigi itu harus dicabut. Seperti gigi pula, perasaan yang ada di antara gue dan dia (mungkin) sekarang harus benar-benar dicabut.

     Semua yang indah, sia-sia kalau cuma “pernah”




Minggu, 10 Mei 2015

mungkin disebut egois

PERASAAN TAKUT KEHILANGAN

Pacaran punya rasa takut kehilangan itu wajar. Pacaran itu sesuatu yang indah, yang bisa bikin hari-hari berwarna, yang bisa bikin semangat ngapa-ngapain. Tapi seiring berjalannya waktu, ada perasaan baru yang muncul, yaitu perasaan takut kehilangan.

Dan Rasa Takut Kehilangan itu Membebankan.

Seseorang yang kamu sayang semakin indah, semakin baik, semakin sempurna di mata kamu, makan perasaan takut kehilangannya semakin besar. Rasa takut kehilang sering menjadi dalang timbulnya cemburu buta. Karna gak akan pernah rela melihat dia kenal atau dekat dengan orang yang sedikit punya kelebihan dibanding kita.

Sesuatu yang dari perasaan seringkali bisa melumpuhkan pikiran. Karna ketika rasa takut kehilangan mengendalikan pikiran, kamu gak akan bisa berfikir jernih. Kamu akan melakukan apapun di depan dia, entah kamu mengubah diri kamu biar terlihat sempurna di depan dia, atau mengubah dia. Intinya biar dia gak pergi dan jauh dari kamu. Tapi hasilnya apa? Dia bisa gak nyaman diperlakukan seperti itu.
Ketika rasa takut kehilangan mengendalikan pikiran kamu dan melakukan hal yang tidak masuk akal, dia semakin gak nyaman, dan akhirnya benar-benar pergi.

Rasa Takut Kehilangan Kadang Menjadi Kenyataan.

Banyak orang yang berpisah dengan orang yang dia sayang gara-gara rasa takut kehilangan atau bisa disebut egois. Ketika sendiri perasaan itu datang dan menghantui, apa yang benar-benar membuat dia pergi?
Ketika dia sudah benar-benar pergi, mungkin yang kamu lakukan hanya untuk mengintropeksi diri. Berfikir dan menyadari apa yang membuat dia benar-benar pergi.

Menunggu dia kembali?

Menunggu kembali. Semua yang pergi tak mudah begitu saja kembali. Terutama yang pergi adalah karena kesalahan sendiri. Tidak ada objek yang bisa disalahkan selain diri sendiri. Memutar waktu pun mustahil karena hidup bukan film fiksi. Satu hal yang aku ketahui, sedetik setelah kamu pergi aku hidup dalam bayang-bayang depresi.

Atau menunggu cinta sejati?

Menunggu cinta sejati. Sebagian orang tidak sabaran untuk bertemu dengan orang yang tepat. Padahal sesuatu yang indah tidak pernah dating dengan mudah. Dan cinta sejati butuh patah hati. Orang itu tidak dikatakan orang yang tepat jika tak muncul di waktu yang tepat. Mungkin, bukan sekarang. Setiap kali aku ingin berteriak, “Tapi kapan?”, aku harus menahannya. Lalu menghela nafas panjang, tersenyum, dan fokuskan untuk memperbaiki kualitas diri. Orang yang tepat hanya akan datang ke orang yang tepat pula baginya.

                                  Tepatkah kamu bagi dia yang tepat?

Sabtu, 09 Mei 2015

Spesialnya angka 2

SPESIALNYA ANGKA 2

Memang, hidup kita ga bisa dilepaskan dari angka. Tapi, ada satu angka yang gue rasa diperlakukan khusus, sehingga kita benar-benar gak bisa lepas dari dia, yaitu angka 2.

Bagian tubuh aja kebanyakan ada 2. Kaki ada dua, tangan ada dua, kuping ada dua, mata ada dua, sampe lubang hidung ada dua. Kali pertama gue denger angka dua begitu eksis adalah ketika nonton TV. Ada iklan mie yaitu sarimie yang bunyinya, “Dua.. Sarimie isi dua!” Terus ada lagi iklan keluarga berencana, “Dua lebih baik”, Bahkan, makin kesini, ada lagu yang liriknya, “Berdua denganmu pasti lebih baik.” Semuanya mengesankan kalo angka dua adalah yang benar-benar special.

Padahal untuk berdua, nggak semudah itu. Segala hal yang berurusan dengan manusia selalu rumit.

Berdua bukan cuma perihal “Kamu mau nggak jadi pacar aku?” lalu dijawab “Mau.” Berdua bukan Cuma soal nanya. “Kamu udah makan belum?.” Setiap jam makan. Berdua bukan tentang ngomongin mau nikah dimana, konsepnya seperti apa, nanti punya anak dinamain siapa. Tidak hanya itu.
Berdua itu soal mengalahkan gengsi demi yang dikasihi. Berdua adalah mengalah tanpa merasa kalah. Berdua itu terlibat dalam perdebatan-perdebatan untuk menyamakan persepsi. Berdua adalah tidak setuju dan menemukan jalan untuk setuju. Berdua adalah bicara. Berdua adalah bertemu. Dan Berdua adalah menerima kekurangan.

Itulah yang sekarang ini gue coba pahami. Bahwa dalam sebuah hubungan, isinya bukan cuma usaha untuk mempertemukan dua hati dan cinta. Ada hobi, pekerjaan, rutinitas sehari-hari, materi, waktu, tenaga, pikiran, dan keluarga.

Urusan berdua yang akan dihadapi nggak akan pernah habis. Maka dari itu, berdua adalah mau berjalan beriringan. Dan yang terpenting, berdua adalah saling, bukan paling agar seimbang, bukan timpang.

Ketika nggak bisa memenuhi satu saja dari hal-hal yang rumit itu, maka ada resiko yang harus diambil. Akibat ringannya dalah berantem, sebel-sebelan, adu argument, sampe diem-dieman. Akibat yang lebih berat lagi adalah Putus.


Meski benar kata orang, “Hidup bukan cuma soal cinta,” tapi gue yakin orang yang ngomong begitu adalah orang yang nggak lagi jatuh cinta  atau karena dia baru saja putus cinta. Hidup bukan Cuma soal cinta, tapi cinta adalah penggerak kehidupan.





Semoga kita bisa berdua, dengan dia yang tepat adanya.