Identifikasi permasalahan teknis yang berkaitan dengan dilema etika profesi
Studi kasus yang berkaitan dengan dilema etika profesi pada bidang
design dan proses produksi, pada bidang material, dan pada bidang
thermal
Studi kasus komponen pada mobil yaitu kerusakan komponen Lost Motion Spring,
dari kerusakan tersebut kemungkinan terburuk berpotensi yang akan
mengakibatkan mesin mogok. Akibat permasalahan ini, Honda akan menarik
30.252 unit Jazz, City dan Freed untuk melakukan penggantian komponen.
JAKARTA – Honda Prospect Motor (HPM) mengumumkan untuk program penggantian komponen Lost Motion Spring yang terdapat pada lengan penggerak (rocker arm) mesin VTEC untuk sebagian Honda Jazz, City dan Freed.
Jumlah total unit yang teridentifikasi dalam penggantian komponen Lost Motion Spring ini sebanyak 30.252 unit.
Komponen Lost Motion Spring, yang berfungsi sebagai untuk menekan rocker arm
pada putaran mesin rendah, setelah dapat melengkung dan patah dapat
menimbulkan bunyi mesin yang tidak normal. Sampai saat ini, terdapat 15
kasus telah dilaporkan berhubungan dengan kerusakan komponen Lost Motion Spring tersebut di Indonesia.
Kasus Lost Motion Spring tersebut terjadi pada saat kondisi mobil sedang berhenti (stasioner),
sesaat setelah mesin dihidupkan. Dalam kasus-kasus tersebut, terdapat
bunyi yang bersifat abnormal secara berlebihan akan muncul dan dapat
terdengar oleh pemakai. Namun tidak terdapatnya laporan kejadian
mengenai kecelakaan atau cedera.
HPM berinisiatif untuk mengganti komponen Lost Motion Spring
pada semua mobil konsumen yang teridentifikasi tanpa adanya biaya, dan
akan memberikan pemberitahuan secara langsung kepada para pemilik mobil
yang teridentifikasi tersebut melalui surat yang dikirim oleh Dealer.
Konsumen yang mobilnya teridentifikasi disarankan segera melakukan booking di bengkel resmi Honda untuk mendaftarkan penggantian komponen.
Proses penggantian komponen Lost Motion Spring memakan waktu
sekitar 3 jam. Aktivitas penggantian komponen ini mulai berjalan dari
tanggal 28 Februari 2011 di seluruh Jawa, serta dari tanggal 2 Maret
2011 untuk wilayah luar Jawa. Program ini berlangsung selama 6 bulan.
HPM menjalankan program penggantian komponen ini sebagai bagian dari
program global yang dijalankan oleh Honda Motor untuk memastikan standar
yang paling ketat untuk seluruh produknya.
“Merupakan tanggung jawab kami untuk memastikan bahwa seluruh produk
kami berada dalam standar tertingginya dalam hal keamanan dan kualitas,
bahkan ketika produk tersebut telah berada di tangan konsumen selama
bertahun-tahun. Karena itu, program ini merupakan bagian dari evaluasi
berkesinambungan yang kami lakukan terhadap seluruh produk demi mencapai
kepuasan pelanggan,” ungkap Yukihiro Aoshima, President Director PT
HPM.
Studi Kasus Komponen Pada Pesawat Ulang Alik.
1. Pesawat Orbiter bersayap Delta dengan mesin pengorbit.
2. Tangki bahan bakar luar.
3. Roket pendorong berbahan bakar padat.
Berikut merupakan bagian-bagian pesawat Ulang Alik / Orbiter dan fungsinya.
1. Lambung depan, berfungsi sebagai kabin awak dan peralatan kendali pesawat.
2. Lambung tengah, berfungsi sebagai ruang barang dan ruang roda pendaratan.
3. Lambung belakang, berfungsi penopang tiga mesin utama pesawat dan
terdapat sirip di bawah mesin untuk mengubah sudut penerbangan.
4. Sayap, berfungsi sebagai kendali manuver pesawat, baik pada saat terbang maupun mendarat
5. Ekor berfungsi sebagai sirip/daun kemudi pesawat
Berikut merupakan tahapan-tahapan peluncuran pesawat Ulang Alik.
1. Mesin pendorong utama berbahan bakar cair dan roket pendorong
berbahan bakar padat menyala secara bersamaan, sehingga membangitkan 31
juta newton tenaga untuk lepas landas
2. Sesudah beberapa menit (± 2 menit) ketika bahan bakar pada roket
pendorong habis terbakar dan telah mencapai kecepatan lebih dari 4800
Km/jam, roket pendorong dilepas dari pesawat dan jatuh ke dalam samudra
dengan parasut untuk diisi dan gunakan kembali, sedangkan tangki bahan
bakar eksternal dilepas ketika akan memasuki lapisan Atmospir.
3. Sesudah pesawat melewati lapisan Atmospir, pesawat Ulang Alik menuju Orbitnya.
4. Sesudah misi selesai maka pesawat kembali ke bumi dan terbang layaknya pesawat supersonik.
Kasus Komponen Pada Tangki Reactor
Menentukan rangkaian suatu Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB) yang lebih baik antara seri dan parallel !!
SOLUSI:
Reaktor Tangki Alir Berpengaduk atau yang biasa dikenal sebagai
Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) merupakan jenis reactor dengan
model berupa tangki berpengaduk dan diasumsikan pengaduk yang bekerja
dalam tangki sangat sempurna sehingga konsentrasi tiap komponen dalam
reactor seragam sebesar konsentrasi aliran yang keluar dari reactor.
Reaktor jenis ini merupakan reactor yang umum digunakan dalam suatu
industry. Dalam operasinya, reactor ini sering digunakan dalam jumlah
lebih dari satu dengan rangkaian reactor disusun secara seri maupun
paralel.
Pemilihan susunan rangkaian reactor dipengaruhi oleh berbagai
pertimbangan, tergantung keperluan dan maksud dari operasinya.
Masing-masing rangkaian memiliki kelebihan dan kekurangan, karena di
dunia ini tidak ada yang sempurna. Semua yang ada didunia ini saling
melengkapi satu sama lainnya. Secara umum, rangkaian reactor yang
disusun secara seri itu lebih baik dibanding secara parallel. Setidaknya
ada 2 sisi yang dapat menjelaskan kenapa rangkaian reactor secara seri
itu lebih baik. Pertama, ditinjau dari konversi reaksi yang dihasilkan
dan yang kedua ditinjau dari sisi ekonomisnya.
Pertama, ditinjau dari konversi reaksinya. Feed yang masuk ke reactor
pertama dalam suatu rangkaian reactor susunan seri akan bereaksi
membentuk produk yang mana pada saat pertama ini masih banyak reaktan
yang belum bereaksi membentuk produk di reactor pertama, sehingga
reactor selanjutnya berfungsi untuk mereaksikan kembali reaktan yang
belum bereaksi dan seterusnya sampai mendapatkan konversi yang optimum.
Secara sederhana, reaksi yang berlangsung itu dapat dikatakan
berkali-kali sampai konversinya optimum. Konversi yang optimum merupakan
maksud dari suatu proses produksi. Sementara itu jika dengan reactor
susunan parallel, dengan jumlah feed yang sama, maka reaksi yang terjadi
itu hanya sekali sehingga dimungkinkan masih banyak reaktan yang belum
bereaksi. Walaupun pada outletnya nanti akan dijumlahkan dari
masing-masing reactor, namun tetap saja konversinya lebih kecil, sebagai
akibat dari reaksi yang hanya terjadi satu kali.
Kedua, tinjauan ekonomisnya. Dalam pengadaan alat yg lain, misal jika
seri hanya memerlukan satu wadah untuk bahan baku (baik dari beton
ataupun stainless steel), dan konveyor yang digunakan juga cukup satu.
Namun jika paralel mungkin memerlukan wadah lebih dari satu ataupun
konveyor yang lebih dari satu untuk memasukkan feed ke masing-masing
reactor. Konsekuensi yang lain dari suatu reactor rangkain parallel
adalah karena masih ada reaktan yang banyak belum bereaksi maka
dibutuhkan lah suatu recycle yang berakibat pada bertambahnya alat untuk
menampungnya, sehingga lebih mahal untuk mendapatkan konversi yang
lebih besar. Wallohu’alam.
http://allaboutchemeng.blogspot.com/2011/05/reaktor-alir-tangki-berpengaduk-ratb.html
Kasus Komponen Pada Air Pendingin Pada HX
Generator merupakan salah satu komponen yang harus diperhatikan dalam
suatu sistem pembangkit yang berfungsi sebagai alat pengubah energi
mekanik menjadi energi listrik. Ketika generator beroperasi, panas akan
timbul sebagai bentuk transformasi dari rugi-rugi pada inti besi maupun
belitan stator dan rotor. Pemasangan sistem pendingin merupakan salah
satu cara supaya panas yang timbul tidak melebihi batas ketentuan
berdasarkan data desain atau data commissioning-nya.
Pendinginan generator di PLTA Cirata dilakukan dengan menggunakan alat
penukar kalor yang disebut air cooler. Udara panas disekitar kumparan
generator dihembuskan melewati pipa-pipa pendingin pada air cooler yang
didalamnya mengalir air sebagai fluida penyerap panas. Air tersebut
harus terhindar dari material/senyawa yang dapat mengakibatkan timbulnya
endapan-endapan pada pipa pendingin. Apabila pada pipa-pipa tersebut
terdapat endapan, penyerapan panas oleh air akan berkurang. Hal ini
menjadi penyebab kemampuan/efektifitas alat pendingin mengalami
penurunan.
Berdasarkan hasil perhitungan dari data desain, penyerapan panas
maksimum oleh air sebesar 1694,14 kW dengan efektifitas alat pendingin
sekitar 76,75%. Sedangkan dari kondisi aktualnya yang terjadi ketika
beban mencapai presentase sekitar 99,21% (125 MW) dari beban maksimumnya
hanya sebesar 645,93 kW dengan efektifitas sekitar 43,81%. Dari data
tersebut diketahui bahwa efektifitas alat pendingin mengalami penurunan
sekitar 33%. Untuk menanggulanginya dapat dilakukan dengan melaksanakan
program pemeliharaan yang dilakukan secara periodik atau dengan cara
memperbaiki kualitas air pendingin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar