Jumat, 11 November 2016

METODE PENELITIAN

PROPOSAL TUGAS
USULAN PENCEGAHAN KESALAHAN DALAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE 5S DI LAZADA INDONESIA
        

Disusun Oleh:

Nama Anggota                      : 1. Ansar Septian                              / 31414421
                                                  2. Dwi Putra Ardiles                        / 33414313
                                                  3. Gilang Putra U                            / 34414559
                                                  4. M. Dicky Renaldy                       / 36414222
                                                  5. Rezky Ardian                              / 39414203
                                                  6. Yudha Tris A                               / 3C414500
                                                 


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2016




Halaman judul

Daftar Isi …………………………………………………………………………………….1
Judul …………………………………………………………………………………………3
Latar Belakang ………………………………………………………………………………3
Perumusan Masalah …………………………………………………………………………3
Pembatasan Masalah …………………………………………………………………….....4
Tujuan Penelitian ……………………………………………………………………………4
Landasan Teori ………………………………………………………………………………5
Metodologi Penulisan ………………………………………………………………………..6
Tata Laksana ………………………………………………………………………………...8
Laporan ………………………………………………………………………………………8






























     I.              JUDUL
USULAN PENCEGAHAN KESALAHAN DALAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE 5S DI LAZADA INDONESIA
II.              Latar belakang
Adanya  dengan perkembangan zaman yang semakin maju, manusia semakin banyak memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi baik berupa kebutuhan primer, sekunder atau pun tersier, dari banyaknya kebutuhan tersebut  selalu terdapat keinginan pelanggan yang ingin mencapai kebutuhan nya secara efisien dan cepat. Darisitu terdapat peluang usaha bagi para pengusaha untuk dapat memuasakan kebutuhan para pelanggan tersebut salah satu caranya  dengan membuka tempat penjualan barang secara online atau toko online. Di zaman yang modern ini hal semacam itu sangat bermanfaat dan disukai oleh banyak orang untuk memenuhi kebutuhan nya dalam mendapatkan barang yang diiginkan nya, dikarenakan penjualan barang secara online sangat mempermudah banyak orang dalam mendapatkan kebutuhan yang diperlukannya didalam kesibukan yang dijalani setiap hari.
  LAZADA Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang penjualan barang secara online. Banyak sekali orang yang menggunakan dan berbelanja barang secara online dikarenakan proses nya mudah , serta membantu manusia yang ingin memenuhi kebutuhan barang yang diiginkan disaat melakukan aktivitas yang sangat padat dan sibuk sehingga tidak memiliki waktu untuk pergi berbelanja secara langsung.
Dalam proses penyimpanan digudang   yang dilakukan LAZADA Indonesia sebelum barang dikirim sering terjadi masalah dalam penyusunan barang yang disimpan di rak penyimpanan di karenakan tidak sesuai dengan tempat yang seharusnya, dan sering terjadi keteledoran pengambilan barang dari gudang yang dilakukan oleh karyawan dikarenakan barang yang diambil tidak menggunakan alat atau mesin yang ditetapkan untuk mengambil barang. Sehingga perlu dilakukan perbaikan oleh perusahaan tersebut dalam mengatasi masalah yang terjadi.

   III.          PERUMUSAN MASALAH
Permintaan-permintaan pelanggan supaya dapat memuasakan, perusahaan  harus menjalankan proses produksinya dengan maksimal. Artinya, masalah-masalah pada perusahaan  harus dapat dihindari. Jika  sering terjadi keteledoran dalam pengambilan barang dari gudang yang dilakukan oleh karyawan dan ketidaksesuain dalam penyimpanan tata letak barang pada rak penyimpanan maka proses dalam pengiriman kepada konsumen akan mengalami masalah  dan akan menimbulkan penurunan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. Melihat adanya masalah tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah yang dapat mencegah atau meminimasi terjadinya permasalahan tersebut. Dari permasalahan yang di hadapi perusahaan tersebut dapat di atasi dengan menggunakan metode 5S (Seiri, Seiton, Sheisou, Sheiketsu, Shitsuke).
IV.              PEMBATASAN MASALAH
Metode 5S adalah memanfaatkan tempat kerja (yang mencakup peralatan, dokumen, bangunan dan ruang) untuk melatih kebiasaan para pekerja dalam usaha meningkatkan disiplin kerja yang dimulai dengan Ringkas-Pemilahan (Seiri), Rapi-Penataan (Seiton), Resik-Pembersihan (Seiso), Rawat-Pemantapan (Seiketsu). Ringkas-Pemilahan,  Rapi-Penataan dan Resik-Pembersihan dimulai pada saat bersamaan yang sesuai dengan prosedur standar yang ditetapkan pada Rawat-Pemantapan. Apabila karyawan telah memenuhi seluruh kegiatan tersebut di atas, maka ia harus melakukan tahap yang terakhir yaitu Rajin-Disiplin (Shitsuke).
Konsep 5S sebenarnya juga mengajarkan tentang  pola kedisiplinan yang  terus menerus  dan tidak kenal menyerah. Kedisiplinan  menimbulkan etos kerja yang baik bagi karyawan, dalam perushaaan apapun kedisiplinan ini sangat diperlukan bahkan  ketika mereka harus menjual produk dipasaran, kedisiplinan juga perlu dilakukan. Konsep 5S mungkin akan membantu anda untuk meningkatkan penjualan dalam perusahaan sekalipun dalam pelaksanaannya masih sangat membutuhkan kesabaran. Dalam pelaksaaan 5 S ada beberapa kata kunci yang harus dipahami, yaitu:
1.      Melakukan perubahan terhadap moral kerja
2.      Keselamatan kerja
3.      Efisiensi pekerjaan
  V.              Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan akhir ini ada;ah Memberikan usulan-usulan yang membangun terhadap perusahaan tentang penerapan metode 5S dalam perusahaan tersebut.


 VI.            Landasan teori
  1. Seira (Pemilahan)
Konsep ini  berhubungan dengan pemilahan barang atau produk yang sangat bermanfaat untuk proses  suatu pabrik atau perusahaan.   Pastikan tiap barang   yang berbeda  jenis  maupun keperluan  dipisahkan. Dengan memisahkan barang atau produk yang sama   dalam satu   box  yang sama dimaksudkan  agar  tidak sampai ke tangan pelanggan. Pencampuran barang yang sama kadang bisa sampai ke tangan pelanggan.
  1. Seiton ( Penataan)
Pertama yang dilakukan  pada tahap  diatas adalah memilih barang-barang yang berbeda jenisnya, berbeda keperluannya maupun berbeda tujuannya, setelah tahap tersebut maka langkah berikutnya adalah menata barang-barang. Barang-barang ditata dengan cara memberikan identitas dengan jelas agar tidak campur satu sama lain.Untuk menata  produk maka hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan pola  penyimpanan  yang lebih rapi yang berasal dari warna box yang berbeda. Untuk penataan maka warna box bisa dibuat berbeda. Sebagai contoh, warna box biru untuk produk A, warna box kuning untuk produk B dan sebagainya. Ada banyak cara untuk menandai beberapa produk yang ada pada box yang berbeda-beda.
  1. Seisou (Pembersihan)
Bersih-bersih sebenarnya bukan sebagai aktivitas  khusus dari suatu pekerjaan, tapi  pekerjaan ini merupakan kesatuan yang menjadi keseharian dari jadwal kerja seseorang.  Dengan menggunakan Seiso ini maka area kerja bisa tetap bersih setelah mengerjakan pekerjaan maupun saat memulai pekerjaan tersebut. Dalam konsep ini maka akan menghindarkan dari kesalahan ataupun hal yang aneh saat bekerja.
  1. Seiketsu (Perawatan)
Merawat lingkungan kerja yang sudah rapi dan bersih menjadi suatu standard kerja. Setiap karywan juga harus memelihara barang dengan teratur rapi dan bersih juga dalam aspek personal dan kaitannya dengan polusi agar barang-barang digudang tetap terjaga dan tidak mengalami perubahan fisik seperti rusak, kotor, dll.

  1. Shitsuke (Pendisiplinan)
Konsep ini merupakan fase terakhir dari serangkaian konsep 5S, penetapan pendisiplinan ini  merupakan proses panjang yang berkelanjutan. Setelah konsep 4S dilaksanakan secara terus menerus  dan berjalan dengan baik maka akan menajdi kebiasaan bagi orang dilingkungan sekitar. Sebagai S ke-5, Seiketsu  menjadi  penyempurna dari  konsep 4S yang lainnya. Dari konsep-konsep tersebut kemudian  akan menjadi bagian penting suatu perusahaan untuk mempertahankan  kedudukannya dengan  perusahaan lainnya. Pada konsep pendisiplinan tersebut   diharapkan terus dipertahankan dan diperbaiki secara berkelanjutan   melalui inovasi-inovasi . Prinsip 5S kelihatannya memang sepele dan simple namun  jika dilaksanakan dengan baik dalam pekerjaan sehari-hari akan berdampak bagus untuk meningkatkan produktifitas maupun efisiensi tiap aktifitas yang anda lakukan. Banyak manfaat yang bisa diambil dari konsep ini ketika perusahaan menggunakan konsep 5S untuk perusahaan mereka. Jika semua konsep  di atas dilakukan secara terus  menerus maka perusahaan akan mudah menjalankan operasionalnya bahkan akan tertanam sikap yang professional pada karyawan.
VII.            Metodologi penulisan


Ø Langkah-langkah pemecahan masalah :
1.    Mulai
2.    Studi lapangan, bertujuan untuk melakukan penelitian terhadap perusahaan yang akan diteliti.
3.    Studi literatur, mencari teori-teori yang berhubungan dengan penelitian
4.    Latar belakang masalah, berisi tentang latar belakang dilakukannya penelitian ini, yaitu; berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam perusahaan tersebut kami memberikan usulan terhadap perusahaan untuk melakukan penelitian. Penelitian yang kami lakukan ini bertujuan untuk menganalisis dan memerikan solusi yang membantu karyawan untuk mengoptimalkan pekerjaannya, dimana pada penelitian ini kami menggunakan metode 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke).
5.    Perumusan masalah, merupakan rumusan- rumusan masalah yang akan dicari solusi pemecahannya, yaitu; Apakah kendala-kendala yang dihadapi oleh karyawan dalam menerapkan metode 5S dalam system kerjanya.
6.    Tujuan penelitian, merupakan tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu; menganalisis kendala-kendala yang dihadapi oleh karyawan dalam menerapkan metode 5S dalam system kerjanya.
7.    Pengumpulan data, yaitu langkah yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalan penelitian, dalam penelitian kali ini data yang dikumpulkan berupa kendala-kendala yang dihadapi karyawan dalam menerapkan metode 5S.
8.    Melakukan pengolahan data, langkah ini adalah langkah yang digunakan untuk mengolah data yang telah dikumpulkan. Pengolahan data pada penelitian ini adalah menganalisis kendala-kendala yang dihadapi karyawan dalam menerapkan metode 5S.
9.        Analisis, melakukan analisis terhadap hasil dari data yang telah diolah tersebut.
10. Kesimpulan dan saran, menyimpulkan hasil penelitian dan memberikan saran-saran yang membangun terhadap pihak perusahaan.





 VIII.      TATA LAKSANA
1.        Waktu
Kegiatan kerja praktek akan dilaksanakan pada tanggal 7 November 20016 hingga 28 Desember 2016.
2.      Lokasi
Lokasi kerja praktek yaitu LAZADA INDONESIA WAREHOUSE-PUNINAR LOGISTICS yang berlokasi di Jl. Inspeksi Kirana, Nagrak, Cakung Drain – Cilincing, Jakarta Utara 14120.
 IX.            LAPORAN

            Laporan pelaksanaan  kerja  praktek  akan  disusun  dalam  bentuk  laporan tertulis   setelah  kegiatan selesai dilaksanakan dengan bimbingan dosen pembimbing dan akan dinilai dalam sidang kerja praktek.

Rabu, 02 November 2016

SKALA DAN INTRUMEN PENGUKURAN

SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan istrumen untuk mengumpulkan data penelitian. Istrumen penelitian ini digunakan untuk meneliti variabel yang diteliti. Dengan demikian junlam instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang dibekukan, tapi ada yang harus dibuat peneliti sendiri. Karena instrumen penelitian akan diguankan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap istrumen harus mempunyai skala.

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam penelitian akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya timbangan emas sebagi instrumen untuk mengukur berat emas, disebut dengan skala mligram (mg) dan kan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila digunakan untuk mengukur; meteran dibuat untuk mengukur panjang dibuat dengan skala mm, dan akam menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan mm.

Ada beberapa macam teknik skala yang bisa digunakan dalam penelitian. Antara lain adalah: Skala Linkert, Skala Guttmann, Skala Bogardus, Skala Thurstone, Skala Semantic, Skala Stipel, Skala Paired-Comparison, Skala rank-Order. Kedelapan maca teknik skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval, atau rasio. Hal ini tergantung pada bidang yang akan diukur.

Namun dalam kesempatan kali ini saya hanya ingin mengulas tentang teknik skala Likert. Sesuai dengan teknik skala yang telah saya gunakan dalam penyusunan skripsi saya.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif) bersifat bersifat unfavorable (negatif).

A.   PENGERTIAN INSTRUMEN PENELITIAN


Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah. Instrumen penelitian dapat diartikan pula sebagai alat untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian.

Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang  dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut   menjadi sistematis dan di permudah olehnya.

Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.  Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut  psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif,perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah  pernyataan.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel  yang sedang diteliti.

B.   INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK PENELITIAN KUALITATIF

Satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti tape recorder, video kaset, atau kamera. Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada peneliti itu sendiri.

Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri,  maka peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun logiknya- (Sugiono,2009:305).

Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2009:306).

Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian,
2. peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,
3. tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yng dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia,
4. suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita,
5. peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika,
6. hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiono 2009: 308).

Peneliti sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer") di samping memiliki kelebihan-kelebihan, juga mengandung beberapa kelemahan. Kelebihannya antara lain:

1. Peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dengan demikian, peneliti akan lambat laut "memahami" makna-makna apa saja yang tersembunyi di balik realita yang kasat mata (verstehen). Ini adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian kualitatif.
2. Peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data telah mencukupi, data telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dibatasi oleh instrumen (misalnya kuesioner) yang sengaja membatasi penelitian pada variabel-variabel tertentu saj
3. Peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisanya, melakukan leksi secara terus menerus, dan secara gradual "membangun" pemahaman yang tuntas tentang sesuatu hal. Ingat, dalam penelitian kualitatif, peneliti memang "mengkonstruksi" realitas yang tersembunyi (tacit) di dalam masyarakat.

Sementara beberapa kelemahan peneliti sebagai instrumen :
1. Tidak mudah menjaga obyektivitas dan netralitas peneliti sebagai peneliti. Keterlibatan subjek memang bagus dalam penelitian kualitatif, tetapi jika tidak hati-hati, peneliti akan secara tidak sadar mencampuradukkan antara data lapangan hasil observasi dengan pikiran-pikirannya sendiri.
2. Pengumpulan data dengan cara menggunakan peneliti sebagai instrumen utama ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam menulis, menganalisis, dan melaporkan hasil penelitian. Peneliti juga harus memiliki sensitifitas/kepekaan dan "insight" (wawasan) untuk menangkap simbol-simbol dan makna-makna yang tersembunyi. Lyotard (1989) mengatakan "lantaran pengalaman belajar ini sifatnya sangat pribadi, peneliti seringkali mengalami kesulitan untuk mengungkapkannya dalam bentuk tertulis".
3. Peneliti harus memiliki cukup kesabaran untuk mengikuti dan mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian dianggap selesai jika kesimpulan telah diambil dan hipotesis telah diketahui statusnya, diterima atau ditolak. Tetapi peneliti kualitatif harus siap dengan hasil penelitian yang bersifat plural (beragam), sering tidak terduga sebelumnya, dan sulit ditentukan kapan selesainya. Ancar-ancar waktu tentu bisa dibuat, tetapi ketepatan jadwal (waktu) dalam penelitian kualitatif tidak mungkin dicapai seperti dalam penelitian kuantitatif.

C.   INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK PENELITIAN KUANTITATIF

Jika dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah penelitinya sendiri, maka dalam penelitian kuantitatif, instrumen harus dibuat dan menjadi perangkat yang "independent" dari peneliti. Peneliti harus mampu membuat instrumen sebagus mungkin, apapun instrumen itu.

Pada umumnya instrument penelitian dalam penelitian kuantitatif terbagi dua yakni tes dan non tes. Tes sebagai instrument penelitian adalah suatu alat yang berisi serangkaian soal-soal yang harus dijawab oleh responden untuk mengukur suatu aspek tertentu, sesuai dengan tujuan penelitian.  Selain tes, terdapat instrumen berupa nontes, seperti skala sikap atau daptar pernyataan untuk digunakan bagi peneliti yang menggunakan teknik pengumpulan data jenis angket, pedoman wawancara untuk peneliti yang menggunakan teknik intervieu atau wawancara, pedoman observasi untuk peneliti yang menggunakan teknik observasi, dan lainnya. 

Skala bertingkat (ratings) adalah suatu ukuran subyaktif yang dibuat berskala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Intrumen ini dapat dengan mudah menberikan gambaran penampilan, terutama panampilan di dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat. Pedoman wawancara berisi sebuah daftar pertanyaan yang mungkin akan diajukan kepada responden. Sedangkan pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.

D.    LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN INSTRUMEN
Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, yaitu :
1.      Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
2.      Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
3.      Mencari indikator dari setiap dimensi.
4.      Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen
5.      Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
6.      Petunjuk pengisian instrumen.

E.   VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

Semua instrumen (baik yang tes maupun non tes) harus memiliki dua syarat yaituValid dan reliabel. Valid berarti instrumen secara akurat mengukur objek yang harus diukur. Reliabel berarti hasil pengukuran konsisten dari waktu ke waktu.

Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen ditentukan oleh dua kriteria utama: validitas dan reliabilitas. Validitas suatu instrumen menurutnya menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi dan           akurasi hasil pengukuran.

Sumadi Suryabrata (2008:60)mengemukakan bahwa validitas instrumen didefinisikan sebagai sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam/diukur. Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang berbeda   dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan.

Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di mana-mana. Sedangkan reliabilitas alat ukur   menurutnya adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat   dipercaya atau dapat diandalkan. Misalnya, menimbang beras dengan timbangan beras, mengukur panjang kain dengan meter, dan sebagainya.

Reliabilitas mempunyai tiga dimensi yaitu Stabilitas, Ekivalensi, dan Konsistensi Internal (O'Sullivan & Rassel, 1995). Stabilitas mengacu pada kemampuan instrumen untuk menghasilkan data yang sama dari waktu ke waktu (dengan asumsi objek yang diukur tidak berubah).

Ekivalensi mengacu pada kemampuan dua atau lebih macam instrumen yang dibuat dua atau lebih peneliti untuk mengukur satu hal yang sama. Misalnya, dua peneliti mengukur penggunaan listrik di suatu aula. Dua peneliti ini menggunakan dua instrumen yang berbeda. Tetapi jika temuan kedua peneliti ini sama, maka instrumen mereka memilki sifat "ekivalen".

Konsistensi internal tercapai jika semua item dalam instrumen mengukur satu hal yang sama. Jika terdapat 10 pertanyaan tentang motivasi, maka ke 10 pertanyaan itu mengukur hal yang sama (motivasi).

F.    PENGUJIAN VALIDITAS INSTRUMEN
Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2010)

1. Pengujian Validitas Konstruk
Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi.
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli. Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang           telah disusun itu. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan   mengkorelasikan antar skor item instrumen.

2. Pengujian Validitas Isi (Content)
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan.
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.


3. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai. Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi.

G.   PENGUJIAN RELIABILITAS INSTRUMEN
Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test – retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.
1. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen            tersebut sudah dinyatakan reliabel.

2. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya  sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga ini? Pertanyaan tersebut  ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda, pada  responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen  yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan,   maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.

3. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest (stability) dan ekuivalen. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam koefisien  reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat           dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.

4. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen  sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat           dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Sp lit half), KR20, KR21 dan Anova Hoyt.


DAFTAR PUSTAKA :

http://maer-elamien.blogspot.co.id/2012/12/metodologi-penelitian-skala-pengukuran_4285.html